Home > Olahraga

Di Bawah Langit New Jersey, Chelsea Menulis Puisi dengan Trofi

Malam itu, di atas lapangan hijau Cole Palmer mencetak dua gol. Joao Pedro menambahkan satu. Enzo Maresca, sang pelatih Chelsea menyebut permainan timnya sebagai simfoni determinasi.
Chelsea Juara Piala Dunia Antarklub FIFA 2025. (FOTO: FIFA.COM)
Chelsea Juara Piala Dunia Antarklub FIFA 2025. (FOTO: FIFA.COM)

“Kami bukan hanya klub sepak bola. Kami adalah bagian dari denyut nadi London. Kami adalah The Blues.” – Dokumenter Chelsea, 2012

KINGDOMSRIWIJAYAPada 14 Juli 2025 waktu Amerika Serikat (AS), di bawah langit New Jersey, MetLife Stadium meledak oleh sorak sorai manusia yang berada dalam stadion berkapasitas maksimum 82.500 penonton. Malam itu ada sekitar 80.000 penonton memenuhi stadion yang terletak di East Rutherford, New Jersey.

Mereka datang bukan untuk menyaksikan pertunjukan Coldplay atau Doja Cat seorang rapper yang memiliki nama asli Amala Ratna Zandile Dlamini. Bukan pula karena Presiden AS Donald Trump ada di podium. Tapi malam itu, tim biru dari London Barat, Chelsea Football Club (FC) berhasil menaklukkan Paris Saint-Germain di final Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 dengan skor 3–0. Riuh rendah, sorak-sorai dalam stadion seperti gema dari masa depan.

Malam itu, di atas lapangan hijau Cole Palmer mencetak dua gol. Joao Pedro menambahkan satu. Enzo Maresca, sang pelatih Chelsea menyebut permainan timnya sebagai “simfoni determinasi.” Malam itu seperti menjadi titik akhir dari satu narasi dan awal dari narasi lain — tentang mimpi, identitas, dan filosofi yang mengalir jauh melampaui garis lapangan.

Saya sendiri mulai tertarik dengan klub yang berjuluk “The Blues” pasca Roman Abramovich seorang miliarder dan raja minyak dari Rusia membeli klub ini dari Ken Bates, seorang pengusaha Inggris yang membeli klub pada 1982 dengan harga £1 (simbolis), karena utang klub mencapai £4 juta atau 4 juta Poundsterling. Pada 12 Juli 2003, Bates menjual Chelsea kepada Abramovich dengan harga £140 juta.

Roman Abramovich datang dengan membawa investasi besar-besaran. Datang ke London dan langsung melunasi utang klub, membangun akademi pemain muda, dan menghabiskan lebih dari £1 miliar untuk transfer pemain dalam satu dekade. Masa kepemilikan Abramovich diwarnai keberhasilan besar, tetapi juga kritik atas model bisnis “membeli trofi”.

Vetricia Wizach dalam buku “Brazillian Football and Their Enemies” (2014) menulis, “Roman sampai harus “memutihkan” pinjaman sekitar 700 juta pound yang dia berikan (melalui Fordstam Ltd). Pinjaman itu lantas dialihstatuskan menjadi penanaman modal sehingga Chelsea praktis bisa bernapas lega karena tak harus mengembalikan pinjaman itu”.

× Image